Alfian Nur Rosyid
Dosen Paru Universitas Airlangga
31 Mei diperingati sebagai hari tanpa rokok dunia atau World No Tobacco Day (WNTD). Kepedulian dunia akan bahaya asap rokok sejak lama digaungkan. WHO telah mencetuskannya sejak 1987. Tema WNTD WHO tahun 2018 mengusung tentang “Tobacco and heart disease”. Dibalik kenikmatan hisapan asap rokok, tersembunyi dampak negatif bagi perokok aktif dan pasif disekitar mereka. Kiat dan berbagai pendekatan dilakukan untuk menekan konsumsi rokok, namun dirasa masih belum maksimal.
Geliat Rokok
Penduduk Indonesia 260 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,5% pertahun serta besarnya high youth population menjadikan negeri ini lahan empuk bisnis tembakau dalam kemasan. Hal ini didukung pula pertumbuhan ekonomi 5% pertahun, dimana produksi rokok Indonesia sekitar 340 miliar batang per tahun. Lagi-lagi menjadikan lahan basah bagi geliat Industri rokok di tanah air. Investasi mega superbesar ditanamkan oleh perusahaan rokok dunia tak terkecuali Phillip Morris. Skenario besar ini menjadikan Indonesia konsumen rokok tertinggi ketiga dunia. Prevalensi laki-laki merokok di Indonesia sekitar 36,3%, meningkat dari 27% pada tahun 1995. Demikian juga perokok wanita meningkat dari 4,2% menjadi 6,7% (Depkes, 2013).
Kenikmatan rokok berasal dari tembakau yang dibakar dan menghasilkan nikotin. Nikotin inilah yang merangsang rilis endorphin, sebuah neurotransmitter endogen opiate “bahagia” yang diproduksi otak. Perokok akan feel good sesaat setelah nikotin dan endorphin diproduksi. Senyawa ini sebenarnya diproduksi alami sebagai pengobat nyeri atau luka fisik maupun non fisik pada seseorang. Endorphin diteliti memiliki kekuatan 200 kali melebihi morfin. Endorphin akan memperbaiki mood sehingga terasa lebih berenergi. Senyawa ini sebenarnya secara alami diproduksi tubuh karena adanya rangsangan relaksasi, bernapas dalam, meditasi, berdoa, aktivitas fisik, dan bersosialisasi.
Bahaya laten dibalik kenikmatan rilis endorphin adalah dampak negatif asap rokok bagi active smoker dan passive smoker. Disebutkan secara gamblang bahwa rokok “mengandung lebih dari 4000 zat kimia berbahaya serta lebih dari 43 zat penyebab kanker” (PP 109/2012). Nikotin adalah hasil pasti dari pembakaran tembakau yang bersifat adiktif, sementara Tar bersifat carcinogenic. Disamping itu masih terdapat karbonmonoksida sebagai hasil pembakaran tak sempurna seperti halnya yang dihasilkan knalpot kendaraan bermotor.
Rokok terbukti menyebabkan penyakit termasuk sakit jantung, impotensi, penyakit darah, emfisema, stroke, gangguan kehamilan dan janin seperti yang tertera dalam tiap bungkus rokok pada tahun 2002-2013. Penyakit tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan menghindari pajanan asap rokok. Pemerintah telah mewajibkan peringatan bahaya rokok tercetak dalam setiap bungkus rokok dan iklan. Lebih tegas lagi, pemerintah menggati peringatan tersebut menjadi “Merokok membunuhmu” sejak tahun 2013 sampai sekarang.
Merokok di bulan Ramadhan
Setiap orang islam yang berpuasa Ramahdan pasti taat untuk tidak makan, minum dan berhubungan suami istri di siang hari meskipun tidak ada seorangpun yang melihat. Dalam hal ini termasuk menghentikan kebiasaan merokok selama 13-14 jam sejak subuh sampai maghrib. Tidak sedikit, para shoimin berbuka puasa dengan menghisap asap rokok setelah kumandang adzan maghrib, setelah taraweh bahkan dikala sahur.
Durasi merokok lebih pendek dikala bulan Ramadhan menyebabkan jumlah batang rokok yang dihisap juga semakin sedikit. Kesadaran untuk tidak merokok di dalam rumah juga makin meningkat, sehingga para bapak sering merokok bersama teman-teman mereka di luar rumah. Namun disisi lain, iklan rokok baik media cetak maupun elektronik tetap bergerilya di bulan suci. Iklan media elektronik telah diatur pemerintah hanya dapat tayang setelah pukul 21.30 sampai 05.00 WIB (pasal 29 PP 109/2012). Perlu adanya aturan khusus di bulan Ramadhan bahwa iklan rokok ditiadakan selama 1 bulan.
Pengurangan jumlah batang rokok selama bulan puasa bila dikaji dari sisi medis dan ekonomi, cukup berdampak positif. Pengurangan separoh jumlah batang rokok dari kebiasaan telah menurunkan kadar nikotin dan tar yang masuk ke dalam paru. Hal ini berdampak proses radang pada tubuh juga berkurang. Pengeluaran untuk konsumsi membeli rokok juga turun selama bulan puasa. Konsumsi selayaknya beralih kepada pemenuhan buka puasa dan sahur yang bergizi.
Takjil pengganti Rokok
Bulan ramadhan bulan berkah, berbondong-bondong orang bersedekah untuk menyucikan hartanya. Tak sedikit orang yang ikhlas merogok dompet untuk menyumbang takjil buka puasa. Sumbangan infaq takjil tersebut telah jamak sejak lama di kalangan masyarakat Indonesia. Berbagi di bulan Ramadhan berharap pahala yang berlipat ganda. Panggilan pintu surga bagi orang yang bersedekah telah menggerakkan hati kaum muslimin di penjuru dunia. Hal ini merupakan Personal Social Responsibility tanpa mengharap pujian makhluk.
Seorang perokok yang mulai mengurangi jumlah batang rokok yang dihisapnya dengan cara menyumbangkan sebagian dana rokok untuk takjil. Dampak buruk efek rokok dapat ditekan dengan berkurangnya asap yang terpajan organ tubuh. Amal ibadah dapat meningkat karena sedekah yang hanya mengharap ridho-Nya. Rasa senang dapat muncul karena melihat saudaranya dapat menikmati takjil hasil sumbangan darinya.
Bukankah telah diyakini bahwa setiap orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu tatkala berbuka dan nanti ketika bertemu dengan Rabbnya. Kebahagiaan tersebut makin bertambah dengan makin sehatnya seseorang karena dijauhkan dari sakit akibat asap rokok serta bahagia melihat orang lain tertolong atas usaha dirinya. Saatnya jadikan ramadhan, momen berhenti merokok. Anda siap?